Tuesday 18 December 2012

Mengkreditkan? Pikir Seribu Kali...



Mengkreditkan barang sudah umum dilakukan, namun sebelum melakukannya, pertimbangkan dulu dengan baik. Ada yang nanya, tentang kemungkinan mengkreditkan produk Oriflame. Kalau pendapat saya, saya tidak setuju, begitu pula dari manajemen Oriflame pun sangat tidak menyarankan.

Mengapa tidak disarankan? Karena dikuatirkan apabila mengkreditkan dan ternyata dibawa kabur oleh pembeli (kredit macet), lama-kelamaan modal akan habis, sehingga akhirnya bisnisnya mandeg. Bukannya kita menginginkan bisnis ini membawa keberhasilan?

Kalau begitu apa yang harus kita lakukan menghadapi orang yang yang maunya kredit?
  1. Tolak dengan halus, katakan kalau saya berbisnis karena modalnya kecil, untuk mengkreditkan belum ada modal (bisa juga sambil becanda: modalin dong, hehehe)
  2. Tawarkan produk-produk yang terjangkau, sebagai contoh: untuk kosmetik ada Giordani ada Very Me, kalau dia maunya Giordani tapi kredit, coba tawarkan Very Me tapi cash
Kemungkinan teman-teman yang mepertimbangkan kredit karena takut persaingan dan tidak berani menghadapi omongan orang. Ada orang yang mengecam pedagang yang nggak mau memberi tempo, kalau menghadapi omongan begini saja belum bisa, bagaimana nanti menagihnya? Dia mengecam karena berharap diberi tempo/kredit, nanti kalau diberi kredit betulan, dia akan mengecam lagi agar bisa tidak membayar alias ngemplang, hiyyyyyyy takut.

Walaupun begitu, saya mencoba memandang dari sudut lain, bahwa ada sisi positif dari memberi kredit. Yang pertama, ini adalah peluang bisnis, banyak sekarang mulai dari otomotif seperti mobil dan motor sampai dengan barang perabotan rumah tangga yang memakai sistem kredit. Mengapa mereka memakai sistem kredit? Agar orang yang belum mampu membeli menjadi bisa membeli, yang tadinya membeli sedikit menjadi membeli banyak, jadi penawaran cicilan ini mempengaruhi keputusan pembeli.

Penjual yang ingin mencoba memberi kredit, sebaiknya mempunyai kualifikasi sebagai berikut:
  • Punya modal lebih
       Untuk mengambil produknya, kita harus ambil cash, sedangkan pembayaran dari pembeli tidak langsung penuh

  • Mampu menilai orang
        Mampu menilai apakah orang patut diberi pembayaran cicilan atau tidak. Lebih aman menawarkan ke orang yang sudah dikenal dengan baik, untuk menimalisir kerugian akibat kredit macet

  • Mampu menagih
        Tentu saja harus mampu menagih. Syaratnya sabar, gigih, dan tidak gampang putus asa

Yang harus dipertimbangkan adalah jangka waktu pembayaran, semakin cepat semakin baik modal berputar. Selain itu pikirkan kemungkinan apabila macet, apakah mau menyita atau memberlakukan denda. Hal itu patut dipikirkan dan dipertimbangkan.

Lakukan pencatatan, pada saat awal pengambilan barang lakukan pencatatan yang meliputi barang yang diambil, nilainya, cara pembayaran, jatuh tempo, dan tindakan yang dilakukan apabila terjadi macet. Pencatatan juga dilakukan pada saat mengambil cicilan.

Ada kenalan saya yang pekerjaannya adalah mengkreditkan barang. Beliau rajin keliling menagih dan menawarkan barang setiap pagi dan sore. Bahkan ada yang cicilannya harian beliau ladenin, tiap hari beliau dengan telaten mengambil cicilan tersebut. Pertanyaannya: apakah sudah siap gigih dan telaten seperti ini?

Apabila memang siap dengan kerja kerasnya dan siap menanggung risiko, dengan mempertimbangkan keuntungan yang didapat, silahkan saja dijalani. Tetapi kalau tidak siap menanggung risikonya, mikir seribu kali dulu ya....

No comments:

Post a Comment