Banyak di antara kita yang merasakan hidup ini diwarnai
dengan kegagalan, kekecewaan, tidak sesuai dengan apa yang diinginkan. Pernahkah
kita menyadari bahwa hidup itu tidak pernah gagal dan semua itu adalah yang
kita inginkan?
Mana mungkin aku ingin gagal seperti ini? Mungkin sebagian
yang membaca kalimat di atas akan berpikir seperti itu. Bagaimana mungkin gagal
adalah keinginan saya? Jawabnya bisa ya dan bisa juga tidak. Kalau gagalnya
adalah salah satu fase yang terjadi dalam meraih sesuatu, itu namanya bukan
gagal, tapi konsekuensi dari belajar. Seperti halnya sewaktu kecil terjatuh
ketika belajar naik sepeda, jatuh dari sepeda adalah konsekuensi dari belajar,
bukan kegagalan.
Namun apabila kegagalan terjadi terus menerus, di titik yang
sama, seumpama setiap kali membuka usaha selalu bangkrut, hati-hati, mungkin
kegagalan tersebut adalah faktor dari dalam yang menginginkannya.
Sebagai contoh, pernahkan sewaktu kecil berkata dalam hati, “Nanti
kalau aku sudah besar, aku nggak mau diatur uangku, aku akan jajan semauku.” Biasanya
sih banyak yang punya perkataan dalam hati seperti ini, terutama yang pada
waktu kecil keuangan dibatasi, baik karena keadaan ataupun karena didikan orang
tua. Akibatnya ketika dewasa, kesulitan melakukan manajemen keuangan, akibat “janji
hati” yang tidak sengaja terucap. Yang melekat di hati, tanpa sadar menjadi hal yang kita inginkan, yang kita inginkan terjadi artinya tidak gagal kan?
Apabila kegagalan terjadi terus menerus, sudah
sepantasnyalah berintrospeksi, kita lihat apakah ini terjadi akibat keyakinan
salah yang melekat dalam hati kita.
Apa yang sudah melekat di hati, tidak mudah dihapuskan.
Namun kalau mengubah keyakinan hati dengan tujuan untuk mendekatkan dengan
kesuksesan, tidak ada salahnya dilakukan. Dengan menghargai dan mensyukuri
kehidupan, adalah salah satu cara mengubah keyakinan hati, tentunya yang diubah
atau dihilangkan adalah keyakinan negatif.
Mudah-mudahan bermanfaat.
No comments:
Post a Comment